Tumben hari ini cerah, padahal sudah seminggu kemarin hujan, tapi
tidak secerah wajah Zea Maysa. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah
menengah pertama. Dari semalam Zea sudah tidak sabar, tidur pun tidak nyenyak
sampai-sampai mengigau, “Bunda Zea sudah
SMP ya..!”.
Zea Maysa putri bungsuku adalah seorang tuna
netra, walaupun mempunyai fisik yang berbeda dengan yang lain Zea selalu
bersemangat, periang serta ramah
terhadap siapapun,dan yang perlu diacungi jempol adalah semangatnya dalam
belajar, sejak umur 3 tahun Zea sangat suka mendengarkan orang membaca, jika Zea
sedang menangis tinggal ambil buku dan langsung
Zea diam sambil berkata, “baca..baca…”.
Bunda menuntun tangan Zea meraba
Sarapannya “ ini telur dadar, nasi, dan
tahu. “ setiap hari bunda selalu melakukan hal ini setiap kali putri tercantiknya mau makan atau bertemu hal-hal
yang baru.
“Ayo Zea, cepat habiskan sarapannya,
jangan sampai hari pertamamu terlambat!”
Seru bunda dari dapur.
“Iya bunda, tapi Zea mau tanya
sesuatu, boleh?” Tanya Zea sambil
menyuap sarapannya.
“Boleh tapi habiskan dulu
ya,sarapanmu!” Jawab bunda.
Mendengar ucapan bunda Zea segera
menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru. Didalam hati Zea telah menumpuk seribu pertanyaan yang ingin
dilontarkan kepada ibundanya.
“Bunda kenapa sih, Tuhan menciptakan
manusia berbeda?” Tanya Zea lirih.
Bunda menghela napasnya memikirkan
jawaban apa yang harus di katakan kepada putri cantiknya itu. “ karena bagi
Tuhan perbedaan itu indah”. Jawab bunda singkat sambil sibuk mencuci piring.
“Terus mengapa Tuhan menciptakan aku
berbeda?”. mendengar pertanyaan Zea bunda terdiam,bunda tahu pertanyaan ini
suatu hari pasti akan terlontar dari mulut Zea . Bunda langsung beranjak
meninggalkan cucian piringnya kemudian menghampiri Zea yang sedang duduk manis
di meja makan.
Bunda mencium kening Zea sambil
berkata, “Memangnya Zea merasa berbeda atau merasa dibedakan dirumah ini?”
Jawab bunda lirih.
Zea terdiam sejenak,kemudian
menggeleng.”Terus kenapa Zea bertanya sepert itu?”
“Zea cuma ingin tahu mengapa Tuhan
tidak mengizinkan Zea melihat dunia ini?”
“Zea ingin melihat wajah bunda, ayah
sama wajah mas Rasyid dan semua orang yang Zea sayangi, tidak salah kan bunda?”
Bunda menghela napas dalam-dalam,
terdim sejenak.
“Zea anak bunda yang cantik, mungkin
Tuhan tidak menginginkan Zea melihat betapa buruknya dunia ini, Tuhan ingin Zea
melihat dengan mata hati Zea, dimana Zea bisa mengambarkan betapa indahnya
dunia ini menurut pandangan Zea, betapa cantiknya bunda dimata hati Zea, betapa
gantengnya ayah dan mas Rasyid.”
“Seharusnya Zea bersyukur karena Zea
bisa melihat dengan mata hati Zea, mata
yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa, Tuhan hanya memberikannya kepada
orang yang telah dipilihnya. Dan salah satunya
adalah anak ibu yang paling cantik yang bernama Zea Maysa.”
“Zea tidak usah takut berbeda karena
kita semua dimata Tuhan adalah sama yang membedakannya adalah akhlak dan
keimanan seseorang.”
Mendengar jawaban dari bunda Zea
termenung, kemudian meraba tangan bunda
dan berkata, “ Bunda seandainya aku diberi pilihan oleh Tuhan untuk memilih,
aku akan memilih untuk menjadi Zea yang sekarang, Zea yang tidak dapat melihat dunia dengan
mata tetapi mempunyai keluarga seperti bunda, ayah dan mas Rasyid.”
Mendengar jawaban putrinya, bunda
menjadi terharu tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi, namun buru-buru
bunda menyekanya.
“Bunda sekarang
Zea tidak akan merasa berbeda lagi dan bersyukur karena ternyata Tuhan sangat
sayang kepada Zea.”
“Zea janji akan menjadi anak yang selalu berbakti kepada
orang tua dan baik kepada semua orang.”
Mendengar
jawaban dari putrinya bunda tersenyum,dan berkata, “Ternyata putri cantik bunda
sudah pintar ya…”.
“Iya… kan sudah
SMP bunda”. jawab Zea bangga sambil tersenyum manja.
“Zea sudah siap
belum, sudah siang nih, ayo kita berangkat?” Terdengar suara ayah dari depan.
Hari
ini Zea mendapatkan satu pelajaran untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah
diberikan Tuhan dan mulai hari ini Zea
tidak merasa berbeda lagi, dan mulai hari ini pula Zea memandang dengan mata
hatinya betapa indahnya dunia ini.
Cerita ini aku
persembahkan untuk putriku yang tercantik, terkasih dan tersayang
Xaviera Zuhra
(Rara ) “ Pandanglah dunia ini dengan mata hatimu dan lihatlah betapa indahnya
dunia ini”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar