Cinta Bugenvile

Kamis, 01 Mei 2014

Mata Hati




Tumben hari ini cerah,  padahal sudah seminggu kemarin hujan, tapi tidak secerah wajah Zea Maysa. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah menengah pertama. Dari semalam Zea sudah tidak sabar, tidur pun tidak nyenyak sampai-sampai mengigau,  “Bunda Zea sudah SMP ya..!”.
 Zea Maysa putri bungsuku adalah seorang tuna netra, walaupun mempunyai fisik yang berbeda dengan yang lain Zea selalu bersemangat, periang  serta ramah terhadap siapapun,dan yang perlu diacungi jempol adalah semangatnya dalam belajar, sejak umur 3 tahun Zea sangat suka mendengarkan orang membaca, jika Zea sedang menangis tinggal ambil buku dan langsung  Zea diam sambil berkata, “baca..baca…”.

Bunda menuntun tangan Zea meraba Sarapannya “  ini telur dadar, nasi, dan tahu. “ setiap hari bunda selalu melakukan hal ini setiap kali putri  tercantiknya mau makan atau bertemu hal-hal yang baru.

“Ayo Zea, cepat habiskan sarapannya, jangan sampai hari pertamamu terlambat!”  Seru bunda dari dapur.

“Iya bunda, tapi Zea mau tanya sesuatu, boleh?”  Tanya Zea sambil menyuap sarapannya.
“Boleh tapi habiskan dulu ya,sarapanmu!” Jawab bunda.

Mendengar ucapan bunda Zea segera menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru. Didalam hati Zea  telah menumpuk seribu pertanyaan yang ingin dilontarkan kepada ibundanya.

“Bunda kenapa sih, Tuhan menciptakan manusia  berbeda?” Tanya Zea lirih.

Bunda menghela napasnya memikirkan jawaban apa yang harus di katakan kepada putri cantiknya itu. “ karena bagi Tuhan perbedaan itu indah”. Jawab bunda singkat sambil sibuk mencuci piring.
“Terus mengapa Tuhan menciptakan aku berbeda?”. mendengar pertanyaan Zea bunda terdiam,bunda tahu pertanyaan ini suatu hari pasti akan terlontar dari mulut Zea . Bunda langsung beranjak meninggalkan cucian piringnya kemudian menghampiri Zea yang sedang duduk manis di meja makan.

Bunda mencium kening Zea sambil berkata, “Memangnya Zea merasa berbeda atau merasa dibedakan dirumah ini?” Jawab bunda lirih.
Zea terdiam sejenak,kemudian menggeleng.”Terus kenapa Zea bertanya sepert itu?”
“Zea cuma ingin tahu mengapa Tuhan tidak mengizinkan Zea melihat dunia ini?”
“Zea ingin melihat wajah bunda, ayah sama wajah mas Rasyid dan semua orang yang Zea sayangi, tidak salah kan bunda?”
Bunda menghela napas dalam-dalam, terdim sejenak.

“Zea anak bunda yang cantik, mungkin Tuhan tidak menginginkan Zea melihat betapa buruknya dunia ini, Tuhan ingin Zea melihat dengan mata hati Zea, dimana Zea bisa mengambarkan betapa indahnya dunia ini menurut pandangan Zea, betapa cantiknya bunda dimata hati Zea, betapa gantengnya ayah dan mas Rasyid.”

“Seharusnya Zea bersyukur karena Zea bisa  melihat dengan mata hati Zea, mata yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa, Tuhan hanya memberikannya kepada orang yang telah dipilihnya. Dan salah satunya  adalah anak ibu yang paling cantik yang bernama Zea Maysa.”

“Zea tidak usah takut berbeda karena kita semua dimata Tuhan adalah sama yang membedakannya adalah akhlak dan keimanan seseorang.”

Mendengar jawaban dari bunda Zea termenung, kemudian  meraba tangan bunda dan berkata, “ Bunda seandainya aku diberi pilihan oleh Tuhan untuk memilih, aku akan memilih untuk menjadi Zea yang sekarang,  Zea yang tidak dapat melihat dunia dengan mata tetapi mempunyai keluarga seperti bunda, ayah dan mas Rasyid.”

Mendengar jawaban putrinya, bunda menjadi terharu tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi, namun buru-buru bunda menyekanya.

“Bunda sekarang Zea tidak akan merasa berbeda lagi dan bersyukur karena ternyata Tuhan sangat sayang kepada Zea.”

“Zea janji  akan menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua dan baik kepada semua orang.”
Mendengar jawaban dari putrinya bunda tersenyum,dan berkata, “Ternyata putri cantik bunda sudah pintar ya…”.
“Iya… kan sudah SMP bunda”. jawab Zea bangga sambil tersenyum manja.
“Zea sudah siap belum, sudah siang nih, ayo kita berangkat?” Terdengar suara ayah dari depan.


Hari ini Zea mendapatkan satu pelajaran untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan  dan mulai hari ini Zea tidak merasa berbeda lagi, dan mulai hari ini pula Zea memandang dengan mata hatinya betapa indahnya dunia ini.
Cerita ini aku persembahkan untuk putriku yang tercantik, terkasih dan tersayang
Xaviera Zuhra (Rara ) “ Pandanglah dunia ini dengan mata hatimu dan lihatlah betapa indahnya dunia ini”













Tidak ada komentar:

Posting Komentar