Cinta Bugenvile

Jumat, 02 Mei 2014

Siswa itu…Buta




“Braaakk!! ….bunyi  apa itu?” Semua siswa mengarahkan pandangannya kearah gerbang sekolah, bunyi yang menyita perhatian. Namaku Rara, hari ini adalah hari pertamaku  masuk SMP. Semua siswa sedang apel pagi di lapangan sekolah saat sesesorang  menabrak pintu gerbang sekolah, padahal pintu gerbang itu lumayan besar,  tinggi dan terbuat dari besi. Pasti sakit sekali karena suaranya terdengar sangat keras.
“Tolong dibantu pak!”  Teriak kepala sekolah kepada penjaga sekolah yang kebetulan berada di dekat gerbang.  “Ada  yang aneh sepertinya siswa itu buta, cara dia berjalan dan memandang kedepan berbeda sekali. “ Bisiku dalam hati. Suasana apel menjadi riuh, saat siswa itu memasuki lapangan beberapa siswa berbisik satu sama lain, ada yang tidak peduli,  tapi ada juga yang kelepasan nyeletuk. “Kok orang buta  bisa sekolah di sini sih!”
Ternyata siswa yang menabrak pagar tadi adalah seorang tuna netra, penjaga sekolah mengantarnya menuju barisan di lapangan. Pandangan  sinis, kasihan, silih berganti tertuju kepada siswa itu. Untunglah dia tidak melihat jadi tidak merasa risih karena menjadi pusat perhatian. Siswa itu tetap berdiri tenang sambil sesekali memegang hidungnya yang masih sakit .
Aku sendiri semenjak dia memasuki lapangan  sudah menarik perhatianku, sedikitpun pandanganku tak lepas darinya. Aku memang hampir dibilang tidak pernah bertemu dengan orang tuna netra, sudah pasti siswa ini menarik perhatianku.
Seusai apel semua siswa berhamburan memasuki kelas masing-masing. Tidak terkecuali aku, tapi aku masih penasaran dengan siswa tadi. Kucoba mencarinya. Mencari siswa  di keramaian seperti ini bukan hal mudah seragam kami sama semua, di tambah kita belum kenal satu sama lain.
“Kalo jalan pake mata dong!” Terdengar Cindy berteriak marah
“Eh, hati-hati dong tongkatnya bisa kena orang tau.” Celetuk siswa satu lagi.
“Oh iya kamu gak punya mata ya…makanya jadi orang buta tau diri dong, kamu salah pilih sekolah, tempat kamu di SLB tau.”
“Cindy, tega banget sih kamu bicara kaya gitu, gak punya perasaan.” Aku jadi emosi mendengar omongannya Cindy yang kelewatan.
Aku langsung menarik siswa tunanetra itu menjauh dari Cindy khawatir jika Cindy mengucapkan kata-kata kasar lagi.
“Kamu gak apa-apa kan ?” hidung mu berdarah pasti akibat kebentur gerbang tadi.
“Oh , gak apa-apa  cuma sakit sedikit kok.” Jawabnya
“Nih pake sapu tanganku aja, kalo gak bersihkan nanti darahnya bisa mengotori seragam”  Kuberikan sapu tanganku
“Namamu Rama kan? “ Tanyaku melihat ada tulisan “Rama” ditongkatnya.
“Iya”  jawabnya agak bingung sambil mengangguk.
“Kriiiiiing…”                 
Aku belum sempat menyebutkan namaku bel sudah berbunyi, aku langsung buru-buru berlari ke kelasku yang  berada di lantai 2. Sesampainya di atas kusempatkan untuk melihat ke bawah tempat Rama tadi berdiri. Tapi Rama sudah tidak ada, mungkin dia sudah kekelasnya.
Masih ada bangku kosong di depan ..tempat favoriku. Suasana menjadi hening sejenak ketika seorang siswa laki-laki yangb tidak asing lagi bagiku masuk kedalam kelas. Rama, siswa tuna netra itu ternyata sekelas denganku. Sebelum sempat aku menyapanya guru wali kelas kami datang.
“Selamat pagi anak-anak…” sapa  pak guru.
Sebelum kita memulai pelajaran bapak minta kita saling berkenalan dahulu, bapak minta satu per satu kalian maju memperkenalkan diri dan sebutkan cita-cita kalian.Satu persatu siswa mulai kedepan sampai tiba giliran Rama yang maju kedepan.
Nama saya Ramaditya Adikara,  seperti yang kalian lihat saya seorang tuna netra, cita-cita saya ingin jadi penulis. Suasana kelas hening , kemudian disambut riuh tepuk tangan.
Tiba giliranku,  “hai…namaku Rara , sampai detik ini saya tidak tahu cita-cita saya, tapi saya ingin menjadi pahlawan yang dapat menolong  semua orang.”
“Dengan kekuatan bulan aku akan menghukummu” tak disangka Rama menyeletuk dan membuat tawa teman-teman sekelas.
“Di kelas kita ada sailormoon.”.celetuk siswa lain.
Seketika wajahku memerah tapi  meskipun malu aku berusaha untuk ikut tertawa.
“Sialan Rama !”  umpatku dalam hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar