“Braaakk!! ….bunyi apa itu?” Semua siswa mengarahkan
pandangannya kearah gerbang sekolah, bunyi yang menyita perhatian. Namaku Rara,
hari ini adalah hari pertamaku masuk
SMP. Semua siswa sedang apel pagi di lapangan sekolah saat sesesorang menabrak pintu gerbang sekolah, padahal pintu
gerbang itu lumayan besar, tinggi dan
terbuat dari besi. Pasti sakit sekali karena suaranya terdengar sangat keras.
“Tolong dibantu pak!” Teriak kepala sekolah kepada penjaga sekolah
yang kebetulan berada di dekat gerbang.
“Ada yang aneh sepertinya siswa
itu buta, cara dia berjalan dan memandang kedepan berbeda sekali. “ Bisiku
dalam hati. Suasana apel menjadi riuh, saat siswa itu memasuki lapangan
beberapa siswa berbisik satu sama lain, ada yang tidak peduli, tapi ada juga yang kelepasan nyeletuk. “Kok
orang buta bisa sekolah di sini sih!”
Ternyata siswa yang menabrak pagar
tadi adalah seorang tuna netra, penjaga sekolah mengantarnya menuju barisan di
lapangan. Pandangan sinis, kasihan,
silih berganti tertuju kepada siswa itu. Untunglah dia tidak melihat jadi tidak
merasa risih karena menjadi pusat perhatian. Siswa itu tetap berdiri tenang
sambil sesekali memegang hidungnya yang masih sakit .
Aku sendiri semenjak dia memasuki
lapangan sudah menarik perhatianku,
sedikitpun pandanganku tak lepas darinya. Aku memang hampir dibilang tidak
pernah bertemu dengan orang tuna netra, sudah pasti siswa ini menarik
perhatianku.
Seusai apel semua siswa berhamburan
memasuki kelas masing-masing. Tidak terkecuali aku, tapi aku masih penasaran
dengan siswa tadi. Kucoba mencarinya. Mencari siswa di keramaian seperti ini bukan hal mudah
seragam kami sama semua, di tambah kita belum kenal satu sama lain.
“Kalo jalan pake mata dong!”
Terdengar Cindy berteriak marah
“Eh, hati-hati dong tongkatnya bisa
kena orang tau.” Celetuk siswa satu lagi.
“Oh iya kamu gak punya mata
ya…makanya jadi orang buta tau diri dong, kamu salah pilih sekolah, tempat kamu
di SLB tau.”
“Cindy, tega banget sih kamu bicara
kaya gitu, gak punya perasaan.” Aku jadi emosi mendengar omongannya Cindy yang
kelewatan.
Aku langsung menarik siswa tunanetra
itu menjauh dari Cindy khawatir jika Cindy mengucapkan kata-kata kasar lagi.
“Kamu gak apa-apa kan ?” hidung mu
berdarah pasti akibat kebentur gerbang tadi.
“Oh , gak apa-apa cuma sakit sedikit kok.” Jawabnya
“Nih pake sapu tanganku aja, kalo gak
bersihkan nanti darahnya bisa mengotori seragam” Kuberikan sapu tanganku
“Namamu Rama kan? “ Tanyaku melihat
ada tulisan “Rama” ditongkatnya.
“Iya”
jawabnya agak bingung sambil mengangguk.
“Kriiiiiing…”
Aku belum sempat menyebutkan namaku
bel sudah berbunyi, aku langsung buru-buru berlari ke kelasku yang berada di lantai 2. Sesampainya di atas
kusempatkan untuk melihat ke bawah tempat Rama tadi berdiri. Tapi Rama sudah
tidak ada, mungkin dia sudah kekelasnya.
Masih ada bangku kosong di depan
..tempat favoriku. Suasana menjadi hening sejenak ketika seorang siswa
laki-laki yangb tidak asing lagi bagiku masuk kedalam kelas. Rama, siswa tuna
netra itu ternyata sekelas denganku. Sebelum sempat aku menyapanya guru wali
kelas kami datang.
“Selamat pagi anak-anak…” sapa pak guru.
Sebelum kita memulai pelajaran bapak
minta kita saling berkenalan dahulu, bapak minta satu per satu kalian maju
memperkenalkan diri dan sebutkan cita-cita kalian.Satu persatu siswa mulai kedepan
sampai tiba giliran Rama yang maju kedepan.
Nama saya Ramaditya Adikara, seperti yang kalian lihat saya seorang tuna
netra, cita-cita saya ingin jadi penulis. Suasana kelas hening , kemudian
disambut riuh tepuk tangan.
Tiba giliranku, “hai…namaku Rara , sampai detik ini saya
tidak tahu cita-cita saya, tapi saya ingin menjadi pahlawan yang dapat
menolong semua orang.”
“Dengan kekuatan bulan aku akan
menghukummu” tak disangka Rama menyeletuk dan membuat tawa teman-teman sekelas.
“Di kelas kita ada sailormoon.”.celetuk
siswa lain.
Seketika wajahku memerah tapi meskipun malu aku berusaha untuk ikut
tertawa.
“Sialan Rama !” umpatku dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar