Jam menunjukkan pukul 01.00 WIB, Rara
putri bungsuku masih riang gembira tertawa
sesekali loncat-loncat tempat tidur. Nyamuk berisik pun ikut tertawa,
menertawakanku yang mengantuk tapi harus menahan karena tidak mungkin Rara aku
tinggal tidur. Suara jangrik bersahutan diiringi suara-suara malam. Kentongan pak
Hansip sesekali berbunyi untuk menakuti maling.
“Ra, bobo yuk, sudah malam..” tapi
Rara tidak peduli tetap bermain sesukanya.
Rara putriku berusia 3 tahun
seharusnya anak seusianya harus banyak tidur, tapi entah kenapa akhir-akhir ini
selalu begini mengajak bundanya bergadang. Jika dipaksa tidur dijamin…, ya
dijamin menyusahkan karena Rara akan rewel dan susah diam.
Sementara si ayah dan kakak sudah
tertidur pulas, mungkin mereka sudah
jalan –jalan kemimpi mereka. Seorang ibu
memang harus banyak berkorban.
“Sampai kapan Ra.. ibu
ngantuk?..besok kan ibu harus kerja?” Besok pasti kesiangan gerutuku dalam hati.
Rara tetap asyik dengan mainannya,
tapi sudah mulai mengantuk kelihatannya.
Brraaak! Praang..! terdengar suara
benda jatuh dan pecah. Aku terkejut dan segera beranjak mencari sumber suara,
oh tidak….tetanggaku mabuk dan sedang
mengamuk di rumahnya. Terdengar suara sahut-sahutan orang berteriak. Aku tidak
memberanikan diri keluar hanya megintip dari jendela. Aku tidak mau
mencampuri urusan orang lain, nanti juga
akan ada yang menegur. Beberapa saat
kemudian datang pak Hansip, kemudian keadaan sepi kembali.
Aku segera beranjak dari jendela,
kulihat putri keciku telah tertidur pulas dengan memeluk mainannya.
“Selamat tidur cantik…semoga mimpi
indah. Ibu selalu menyayangimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar